Sifat Kedermawanan Rasul SAW
Senin, 09 Mei 2011
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ، فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ، مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ، مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.
(صحيح البخاري)
“Bahwasanya Rasulullah saw orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan dibulan ramadhan, ketika sering didatangi Jibril as, yang menemui beliau saw setiap malamnya dibulan ramadhan, dan mempelajari dan mengulang ulang Alqur’an, dan sungguh Rasulullah saw orang yang paling dermawan atas segala kebaikan dengan selalu mengalir kedermawanannya melebihi angin yang berhembus dengan mudah” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ .
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang Maha Luhur , Yang mengumpulkan kita dalam perkumpulan yang agung dan mulia ini. Maha Suci Allah Yang telah mengundang kita hadir di dalam pengampunan-Nya yang besar ini, di dalam cahaya keagungan-Nya yang luhur ini, di dalam perkumpulan yang dipenuhi kasih sayang dan rahmat-Nya ini, tiadalah seseorang yang hadir di tempat ini kecuali berada dalam naungan cahaya rahmat Ilahi dan semoga akan terus berlanjut tanpa berhenti di sepanjang waktu hingga kita berjumpa dengan Sang Pemilik rahmat, Allah subhanahu wata’ala sehingga diteruskan untuk menuju rahmat yang kekal di surga Allah subhanahu wata’ala. Dan seluruh pintu gerbang rahmat itu ada pada makhluk mulia yang telah dicipta oleh Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan mencintai dan mengikuti beliau maka akan terbukalah seluruh gerbang rahmat Ilahi, terbukalah seluruh pintu rahmat Allah dan menerima sang hamba untuk sampai pada cita-cita terluhur lebih dari yang ia cita-citakan bahkan lebih dari yang ia dambakan, sehingga anugerah yang terus berlimpah hampir membuatnya tidak mampu bersyukur dari dahsyatnya limpahan rahmat itu, dari gelombang kasih sayang-Nya yang terus berlimpah sepanjang generasi kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dari zaman ke zaman, semoga gelombang rahmat itu berlimpah kepada kita di majelis ini dan semua yang mengikuti majelis ini di website, radio dan media lainnya semoga juga dalam naungan gelombang rahmat Ilahi, yang padanya terhapus segala dosa dan kesalahan, yang dengannya akan terangkat derajat dan keluhuran, dengannya akan terhapus dari hati sifat-sifat yang hina dan tumbuh dalam sanubari sifat-sifat yang luhur sehingga kita merasa berat untuk berbuat dosa dan mudah untuk berbuat mulia. Wahai Yang Maha Mulia, Engkau menyaksikan perkumpulan ini dan Engkaulah Yang menggenggam segenap kemuliaan, maka curahkan kemuliaan itu kepada kami zhahir dan bathin di dunia dan akhirah, pastikan seluruh wajah kami bercahaya dengan cahaya kemuliaan-Mu, dengan cahaya pengampunan-Mu, dengan cahaya keluhuran-Mu, dengan cahaya keberkahan-Mu, dengan cahaya anugerah dan kasih sayang-Mu, yang membimbing kami untuk terus dalam ketenangan dan keberkahan di dunia dan di akhirah, kemudahan di dunia dan di akhirah, kemuliaan di dunia dan akhirah, untuk kami, kota kami, bangsa kami, dan negeri kami juga untuk negeri-negeri para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sampailah kita pada hadits luhur, yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan dan tidak ada manusia yang lebih dermawan dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Perlu kita ketahui bahwa dermawan itu bukan hanya dalam segi harta, namun sifat dermawan itu sangat luas. Sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari Bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa makna : أجود الناس dalam hadits ini :
كَانَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan”
Adalah yang paling banyak berbuat kebaikan, termasuk juga kebaikan menyelesaikan hajat-hajat orang lain dan membantunya, mungkin dengan harta, nasihat atau doa maka itulah bagian dari bentuk kedermawanan. Ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah mereka banyak berderma, mereka berkata : “wahai Rasulullah, apa lagi yang harus kita infakkan ?”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawabnya seraya berfirman :
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
( البقرة : 219 )
Perbuatan maaf merupakan infak besar, dan memaafkan kesalahan orang lain bisa dilakukan oleh orang yang kaya dan juga oleh orang yang miskin. Orang yang miskin tidak mampu untuk bersedekah dengan harta namun dia mampu berinfak dengan member maaf. Memberi maaf tidak harus mencari para fuqara’, dimana pun kita berada, kita bisa memberi maaf kepada orang yang pernah berbuat salah kepada kita . Maka berinfakkalah dengan segala bentuk dan cara, dengan harta, fikiran, nasehat, maaf, doa dan dengan segala perbuatan luhur, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ
“ Setiap kebaikan adalah shadaqah”
Maka membantu orang lain dengan ucapan, dengan tenaga, dengan nasihat, dengan harta, dengan jabatan, dengan doa dan lainnya, semua itu adalah bagian dari shadaqah untuk jasad kita, dan manusia yang paling banyak melakukan hal itu adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau diumpamakan lebih dermawan dari angin yang berhembus. Maksudnya jika angin itu berhembus maka hembusan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih cepat dari itu, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan ketika beliau belajar, membaca dan mengulang-ulang Alqur’an bersama malaikat Jibril di bulan Ramadhan. Maka dari hadits ini, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany menukil ucapan Al Imam An Nawawi Ar bahwa disunnahkan membaca Al qur’an bersama ( Tadaarus Al qur’an ), hadits ini sebagai dalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga membaca Al qur’an bersama malaikat Jibril As, padahal beliau shallallahu ‘aliahi wasallam adalah Shahib Al qur’an, pimpinan dari semua orang yang mengerti dan memahami Al qur’an, karena Al qur’an diturunkan kepada beliau namun beliau masih juga membacanya bersama malaikta JIbril, dan terkadang beliau membacanya sendiri dan terkadanga beliau meminta sahabat yang lain membacanya dan beliau mendengarkannya. Oleh sebab itu di majelis Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam kita membuat HR (Halaqatur Rasul), Alhamdulillah telah mencapai lebih dari 360 halaqah, dan semoga terus bertambah orang-orang yang mencintai Alqur’an, dan lebih mencintainya daripada buku-buku lainnya . Ketahuilah buku-buku yang lainnya itu akan sirna dan fana, sedangkan setiap huruf dari ayat-ayat Al qur’an akan bersaksi dan memberi syafaat untuk kita kelak di hari kiamat jika sekarang kita membacanya, karena Al qur’an adalah kalam Allah yang mengangkat derajat hamba-hamba-Nya dengan keluhuran yang khusus jika mereka mencintai Al qur’an.
Terdapat pahala dan cahaya dari setiap huruf dari al quran yang kita baca itu, cahaya ketenangan, cahaya pengampunan, cahaya kemudahan, cahaya keberkahan, berpadu dalam setiap kalimat-kalimat Al quran, pada setiap huruf-hurufnya yang kesemuanya adalah kalam Ilahi yang dituliskan dan itu adalah kalimat-kalimat yang kekal dan abadi yang ada sebelum alam ini tercipta dan akan tetap ada setelah ala mini sirna, maka makmurkanlah Al quran dalam jiwa kita, di bibir kita, di hari-hari kita. Berkali-kali muncul pertanyaan ini : “bolehkan membaca Al qur’an dengan cara confrensi lewat handphone, dan masing-masing di tempat yang berbeda?”, hal ini boleh-boleh saja, karena yang terpenting adalah kita tetap membaca Al qur’an, ketika seseorang membaca maka yang lainnya mendengarkan, dan jika ada kesalahan maka dibetulakan sehingga setiap orang menjadi pembaca, pendengar dan pengajar, itulah keunggulan dari halaqah Al quran . Semoga semangat kita terus bangkit untuk mencintai Al quran Al Karim, maka jadilah pelopor pembangkit generasi Al quran di wilayah-wilayah kita dan di seluruh wilayah, karena di masa sekarang banyak orang muslim yang malu untuk menggenggam Al quran dihadapan orang lain, dan lebih baik baginya menggenggam buku yang lain, seperti buku-buku yang berbahasa Inggris ia bangga jika menggenggamnya. Sungguh tidak ada yang patut dibanggakan lebih dari Al qur’an Al Karim, surat cinta Allah kepada hamba-Nya.
Maka semakin seseorang memahami rahasia keluhuran Allah, semakin Allah limpahkan untuknya kebahagiaan di dunia dan di akhirah. Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsiqah, dan telah dinukil oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan oleh Al Imam At Turmidzi :
إِنَّ اللهَ جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ
“ Sesungguhnya Allah Maha Dermawan dan menyukai kedermawanan”
Juga diriwayatkan dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَنَا أَجْوَدُ وَلَدِ آدَمَ
“Aku adalah keturunan anak Adam yang paling bermurah hati “
Sehingga beliau tidak pernah mengatakan “tidak” kepada orang yang meminta sesuatu kepada beliau, baik yang diminta itu harta atau pun permintaan maaf. Bahkan ketika di hari kiamat beliau berderma dengan syafaat kepada para pendosa dari umatnya, demikian indahnya kedermawanan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal itu adalah merupakan bantuan dan uluran tangan meskipun bukan berupa harta bahkan justru lebih berharga dari sekedar harta, disaat harta tiada lagi berharga namun beliau masih tetap berderma dengan syafaat .
Diriwayatkan dalam kitab Qabasunnuurilmubin ringkasan Rub’ Al Muhlikaat dari kitab Ihyaa’ Ulumuddin oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dimana suatu waktu sayyidina Hasan, sayyidina Husain dan sayyidina Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum, sedang dalam perjalanan untuk melakukan ibadah haju, dan di tengah perjalanan mereka kehausan dan kelaparan karena kehabisan bekal, kemudian menemukan satu rumah di tengah padang pasir yang di dalamnya hanya ada seorang wanita yang tua renta, maka mereka bertanya kepada wanita itu : “wahai Ibu, apakah engkau mempunyai air untuk kami minum?”, maka ibu itu berkata : “ada air tapi hanya sedikit”, mereka bertanya lagi : “wahai ibu, apakah kau mempunyai makanan?”, wanita itu menjawab : “tidak ada, aku hanya mempunyai seekor kambing, jika kalian mau menyembelihnya, aku yang akan memasaknya”, maka salah seorang dari mereka pun menyembelihnya kemudian wanita itu memasaknya. Setelah beberapa saat mereka pun memakannya kemudian mereka pamit kepada wanita itu untuk pergi melanjutkan perjalanan, dan berkata kepada wanita itu : “wahai ibu kami adalah orang Quraisy kelak kami akan membalas kebaikanmu”. Dan setelah mereka pergi dari rumah wanita tua itu, maka suami wanita itu datang dan berkata kepada istrinya : “mana kambing kita yang satu-satunya?” , wanita itu menjawab : “sudah disembelih untuk tamu”, suaminya berkata : “siapa tamu itu?”, si wanita menjawab : “3 orang mereka mengatakan dari kaum quraisy”, si suami marah berkata : “bagaimana kau menyembelih kambing yang hanya satu-satunya milik kita untuk orang yang tidak engkau kenal, yang hanya mengatakan mereka adalah kaum quraisy!”. Waktu berlalu, suatu saat si bapak dan ibu yang tua renta ini keluar ke Madinah untuk menjual kotoran onta yang dijadikan sebagai pupuk, dan mereka gunakan hasil dari penjualan itu untuk kehidupan mereka. Ketika itu sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib sedang duduk di depan rumahnya dan beliau mengenali wanita itu, maka beliau pun memanggilnya : “wahai Ibu, apakah engkau mengenaliku?”, maka wanita itu berkata : “tidak”, sayyidina Hasan berkata : “aku adalah orang yang engkau tolong disaat itu”, wahai ibu ini hadiah dariku 1000 dinar dan 1000 ekor kambing, kemudian sayyidina Hasan memerintahkan pembantunya untuk membawanya kepada sayyidina Husain, maka sayyidina Husain berkata : “wahai ibu, apa yang engkau peroleh dari sayyidina Hasan?”, si ibu menjawab : “ 1000 ekor kambing dan 1000 dinar emas”, sayyidina Husain berkata : “terimalah dariku 1000 ekor kambing dan 1000 dinar emas”, kemudian sayyidina Husain meminta pembantunya untuk membawa wanita kepada Abdullah bin Ja’far, kemudian beliau bertanya : “wahai ibu, apa yang engkau dapatkan dari sayyidina Hasan dan Husain?”, si ibu menjawab : “2000 ekor kambing dan 2000 dinar emas”, sayyidina Abdullah menjawab : “baiklah, terimalah dariku 2000 ekor kambing dan 2000 dinar emas, sungguh jika engkau mendatangiku terlebih dahulu maka aku akan membuat sayyidina Hasan dan Husain kebingungan untuk berbuat dan membalas kebaikannmu”. Maka si wanita itu pun pulang menemui suaminya dengan 4000 ekor kambing dan 4000 dinar emas, demikianlah kedermawanan sayyidina Hasan, sayyidina Husain dan sayyidina Abdullah bin Ja’far.
Juga diriwayatkan dalam kitab Qabs An Nuur Al Mubin ringkasan Rub’ Al Muhlikaat dari kitab Ihyaa’ Ulumuddin oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh dalam bab “Sakhaa’ ( Kedermawanan)”, bahwa sayyidina Abdullah bin ‘Amir membeli rumah sayyidina Khalid bin ‘Uqbah seharga 90.000 dirham, ketika malam hari dia mendengar suara tangisan di luar rumah dan ternyata itu adalah tangisan keluarga Khalid yang menangisi karena rumahnya telah dijual, maka sayyidina Abdullah berkata kepada budaknya : “datanglah kepada mereka (keluarga Khalid) dan katakan kepada mereka bahwa harta dan rumah ini semua untuk mereka”. Sungguh demikian dermawannya mereka para sahabat sehinga mereka selalu dilimpahi keberkahan oleh Allah subhanahu wata’ala. Teriwayatkan pula bahwa sayyidina Laits RA beliau tidak pernah berbicara di setiapharinya sebelum ia bersedekah kepada 360 orang fuqara’ .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ, بَعِيْدٌ عَنِ النَّارِ واْلبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيْدٌ مِنَ اْلجَنَّةِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ. وَ اْلجَاهِلُ السَّخِيُّ اَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنْ عَابِدٍ بَخِيْلٍ
“Orang yang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada surga, dekat kepada manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat pada neraka. Orang yang bodoh tetapi dermawan lebih dicintai Allah daripada orang yang suka beribadah tetapi bakhil”.
Namun kedermawanan ada batasnya, yang dari tadi kita bahas adalah sifat pemurah dan bersedekah, maka jangan berlebihan seperti mengada-adakan hukum yang tidak ada, seperti zakat profesi hal ini adalah sesuatu yang mungkar , yang mengatakan bahwa setiap 3 bulan harus mengeluarkan zakat, hadits itu adalah lemah dan tidak bisa dijadikan dalil. Zakat hanya ada 7 macam dan tidak bisa ditambah, dan berbeda dengan shadaqah yang bisa dilakukan kapan saja yang hukumnya adalah sunnah, sedangkan zakat hukumnya adalah wajib. Adapun alasan mereka yang mengharuskan zakat profesi adalah banyaknya orang-orang yang kekurangan, maka harus mengeluarkan infak setiap bulannya, kita boleh mengelurakan infak atau shadaqah namun bukan zakat, karena zakat hukumnya fardhu ‘ain dan tidak bisa dirubah lagi dan orang yang mengingkarin dan tidak melakukannya maka darahnya halal untuk dibunuh, jika telah ditentukan banyaknya zakat adalah 7 macam maka tidak bisa ditambah lagi, seperti halnya shalat wajib hanya 5 waktu maka tidak boleh ditambah-tambah lagi. Riwayat Al Imam Malik dalam Al Muwattha’, yang mengatakan hadits dari Malik, dari Nafi’ dari Ibn Umar Ra bahwa tidak zakat harta kecuali harus menunggu satu tahun dan telah mencapai nishab. Maka jika selama setahun harta itu tidak berkurang dan telah mencapai nishab maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya, bukan setiap bulan apalagi setiap hari. Demikian pula disebutkan dalam Al Muwattha’ Al Imam Malik bahwa sayyidina Abu Bakr As Shiddiq di masa kepemimpinannya juga tidak mengeluarkan shadaqah bulanan atas gaji para karyawan khalifah, dan tidak pula diperintahkan kepada kaum muslimin dan semua khulafaa’ ar rasyidin pun tidak menjalankannya. Dan dijelaskan dalam kitab Al Istidzkar syarh Al Muwattha’ oleh Al Imam Ibn ‘Abd Al Bar mengatakan bahwa riwayat di dalam Al Muwattha’ yang mengatakan bahwa Mu’awiyah mengeluarkan uang di setiap bulannya, maka hal itu adalah perbuatan Mu’awiyah yang tidak ia perintahkan orang lain untuk melakukannya, karena ia tahu bahwa zakat harta berlaku hanya setahun sekali. Demikian pula terdapat dalam riwayat Al Imam Ahmad Ibn Hanbal Ar bahwa tidak ada zakat harta kecuali telah melewati satu tahun dan telah mencapai nishab. Demikian pula yang telah dijelaskan dalam Al Majmuu’ oleh Al Imam An Nawawi dan dalam kitab An Nihayah oleh Al Imam Ramli, dan juga dalam kitab Mughni Al Muhtaj oleh Al Khatib As Syarbini Alaihim rahmatullah, bahwa seluruh madzhab telah berittifaq tidak adanya zakat harta dalam setiap bulannya .
Adapun zakat-zakat yang harus langsung dikelurakan itu, seperti zakat tanaman yang dikeluarkan setiap kali panen, dan zakat rikaz (harta karun) yang berupa emas dan perak dan selain emas dan perak maka tidak dikenai zakat, begitu juga barang tambang emas dan perak dan selain itu tidak wajib zakat, seperti tambang batu bara, minyak dan lainnya maka tidak diwajibkan zakat, maka kesemua itu ketika mendapatkan hasil maka harus langsung dikeluarkan zakatnya. Namun zakat harta, perdagangan, zakat fitrah, dan zakat hewan ternak maka menunggu waktu satu tahun dan telah mencapai nisab. Insyaallah akan saya buatkan buku tentang zakat agar mudah difahami, namun secara ringkas bahwa zakat profesi adalah sesuatu yang di ada-ada kan dan jangan diikuti. Namun jika mengeluarkannya dengan nama shadaqah maka hal itu boleh-boleh saja, bisa dilakukan setiap hari, tiap minggu atau setiap bulan dan bukan disebut zakat, karena zakat itu hukumnya wajib dan fardhu ain.
Dan tentunya kita harus mengikuti pendapat para jumhur, yaitu pendapat ulama’ yang terbanyak dan tidak mamilih kelompok yang memisahkan diri. Karena orang-orang yang memisahkan diri dari jamaah itu telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, riwayat Shahih Al Bukhari :
فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُفَارِقُ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَيَمُوتُ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Karena, tidaklah seseorang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal saja lalu mati, maka matinya tidak lain seperti orang jahiliyah.”
Dan ajaran yang seperti banyak muncul di zaman sekarang, maka jangan diikuti. Namun jangan pula dimusuhi, musuhi aqidah dan ajarannya tetapi jangan musuhi orangnya, karena mereka tertipu dengan kejahilan dan seandainya mereka mengetahui pastilah mereka akan menuju jalan yang benar, ingatlah doa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
” Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku , sesungguhnya mereka tidak mengetahui “
Kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan kepada kita rahmat dan keberkahan, keluhuran, kesucian dan pengabulan doa atas segala hajat kita. Rabbi, kami mendengar sifat-sifat dermawan dari hamba-hamba-Mu yang luhur sehingga mereka mau member 1000 kali lebih besar dari yang mereka terima, seperti itulah hamba-hamba-Mu maka terlebih lagi Engkau Yang Maha Memiliki sifat dermawan. Wahai Allah kami bershadaqah kepada orang-orang yang tidak mampu diantara kami, dan kami adalah hamba-hamba yang tidak mampu dihadapan-Mu maka bershadaqahlah kepada kami wahai Allah. Ya Arhamar rahimin, inilah hamba-hamba yang lemah, yang banyak kesulitan untuk meninggalkan perbuatan dosa, banyak kesulitan untuk berbuat ketaatan, banyak pula kesulitan untuk melewati masalah-masalah kehidupan di dunia, dan Engkau Maha memegang kunci kemudahan maka curahkan cahaya kemudahan menerangi hari-hari kami, menerangi jiwa dan sanubari kami hingga jiwa dan sanubari kami tenang dengan kasih sayang-Mu, tenang dengan anugerah dan kesejukan nama-Mu sehingga hari-hari kami menjadi semakin indah dan mudah di dunia dan akhirah….