23 Ogos 2010

Majlis Haul Di Ba’alawi Kuala Lumpur Masa 28hb Ogos · 5.00 ptg – 11.00 ptg

Majlis Haul Di Ba’alawi Kuala LumpurMasa 28hb Ogos · 5.00 ptg – 11.00 ptg




--------------------------------------------------------------------------------



Lokasi Ba’alawi Kuala Lumpur



--------------------------------------------------------------------------------



Direka Oleh: Ba’alawi KL



--------------------------------------------------------------------------------



lebih info Majlis Haul Ummul Mukminin Sayyidatina Khadijah al-Kubra dan Haul Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki al-Hasani

18 Ogos 2010

Tarawikh bersama Alhabib Ali Zeinal Abidin AlhamidMasa Sabtu · 8.30 ptg – 11.30 ptg

Tarawikh bersama Alhabib Ali Zeinal Abidin AlhamidMasa Sabtu · 8.30 ptg – 11.30 ptg




--------------------------------------------------------------------------------



Lokasi Madrasah Annur, Jalan Pantai Murni 3, Pantai Dalam, KL



--------------------------------------------------------------------------------



Direka Oleh: Almawlid



--------------------------------------------------------------------------------



lebih info Assalamualaikum, dijemput semua muslimin & muslimat ke Majlis Tarawikh bersama Habib Ali Zeinal Abidin Sabtu ini.. aturcara adalah seperti berikut :



* bacaan Ratib Alhaddad

* Solat Isya’

* Solat Tarawih

…* Bacaan Witriyah

17 Ogos 2010

Menyambut Ramadhan 1431 H : Kalam Al-Habib SalimKalam Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiry

Menyambut Ramadhan 1431 H : Kalam Al-Habib SalimKalam Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiry




بسم الله الرحمن الرحيم



Segala puji bagi Allah Tuhan Pemberi karunia Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang mengajarkan Al-Qur’an, Sang pencipta insan dan mengajarkannya pengetahuan, Yang mewajibkan bagi kita di dalam agama Islam untuk menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan menjadikannya sebagai penghapus dosa-dosa dan peningkat derajat di surga yang paling tinggi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada pemuka keturunan Adnan (yaitu Nabi Muhammad), yang terbaik dari bangsa manusia dan jin, serta semoga tercurahkan kepada keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.



Amma Ba’du. Telah datang kepada kita bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Bulan yang diturunkan di dalamnya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas segala sesuatu. Bulan yang Allah menjadikan puasa sebagai kewajiban dan shalat malam (Tarawih) sebagai penambah ibadah. Allah mengajarkan bahwa sesungguhnya jalan di bulan yang penuh berkah ini adalah dengan tekad yang kokoh untuk melakukan amal-amal kebajikan. Hendaknya kita melakukan shalat di malam pertama bulan Ramadhan 4 rekaat dimana dibaca untuk setiap rekaatnya 1 maqra (tempat tanda bacaan) dari surat Al-Fath (“Inna fatahna laka…”). Diriwayatkan oleh Al-Khatib Asy-Syirbini di dalam Tafsirnya dengan sanad yang bersambung kepada Nabi SAW bahwa barangsiapa yang melakukan hal tersebut di awal malam Ramadhan, maka ia akan menjalani kehidupannya setahun dalam kebaikan dan berkecukupan. Hendaknya engkau melakukan hal itu.



Wajib bagi seorang mukmin untuk menunaikan puasa Ramadhan dan menyuruh keluarga dan anak-anaknya untuk berpuasa ketika mereka berumur 10 tahun. Hendaknya melatih dan menggiatkan mereka untuk berpuasa ketika mereka sudah berumur 7 tahun. Apalagi kehidupan sekarang tampak semakin mudah. Jika udara panas, sudah ada alat pendingin. Jika udara dingin, sudah ada alat penghangat. Maka tidak ada alasan udara panas ataupun dingin yang menghambat seseorang untuk berpuasa. Ini merupakan suatu nikmat dari Allah untuk memuliakan hambaNya di akhir jaman.



Wajb bagi seorang mukmin untuk menunaikan ibadah puasa Ramadhan, dan tidak ada alasan yang membolehkan untuk tidak berpuasa kecuali alasan yang diatur oleh syariat seperti sakit dan lain-lain. Sebagaimana Allah berfirman,



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ



“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana juga telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqoroh: 183 )



وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ



“Barangsiapa yang sakit, atau dalam keadaan bepergian, dapat mengganti (berpuasa) sebanyak hari-hari yang ditinggalkan di hari-hari yang lain. Allah menginginkan kepada kalian kemudahan dan tidak menginginkan kepada kalian kesulitan, dan hendaklah sempurnakan hitungannya dan agungkanlah Allah atas apa-apa yang Dia karuniakan kepada kalian. Semoga kalian menjadi orang-orang yang bersyukur” (QS. Al-Baqoroh: 185 )



Allah juga berfirman di ayat yang lain,



فمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ



“Barangsiapa yang sakit, atau dalam keadaan bepergian, dapat mengganti (berpuasa) sebanyak hari-hari yang ditinggalkan di hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqoroh: 184 )



Tidak berpuasa pada siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur (alasan yang disyariatkan) maka termasuk dari dosa-dosa besar yang mengantarkan pelakunya masuk neraka Jahannam.



وأن يعلق بعراقيبه وتشقق أشداقه وتكسر أسنانه



“Terikat urat-uratnya, dihancurkan rahang-rahang mulutnya, dan dirontokkan gigi-giginya” (Diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dari Abi Umamah)



Untuk gigi-giginya yang dipakai mengunyah pada siang hari bulan Ramadhan, tidak ada balasan kecuali dirontokkan. Untuk rahang-rahang mulut yang dipakai untuk membantu mengunyah di siang hari bulan Ramadhan, tidak ada balasan kecuali dihancurkan. Oleh karena itu, hendaknya seorang mukmin berhati-hati untuk tidak berpuasa kecuali jika ada alasan yang dibolehkan oleh syariat.



Juga tidak diperbolehkan bagi seorang yang berpuasa untuk membantu orang yang sengaja meninggalkan puasa, seperti membuka rumah makan untuk mereka, ataupun memberikan kepada mereka uang yang bisa dianggap membantu mereka. Barangsiapa yang membantu seseorang yang sengaja meninggalkan puasa di bulan Ramadhan, maka ia sama-sama mendapatkan dosa. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,



من سَنَّ في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء



“Barangsiapa yang menbuat sesuatu baru yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Barangsiapa yang mengadakan sesuatu baru yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (Riyadh Ash-Sholihin dari Jarir)



Hendaknya pula bagi setiap orang di bulan Ramadhan untuk menjaga puasanya dari sesuatu yang dapat membatalkan, seperti makan, minum, berhubungan badan (untuk suami istri), dan lain-lain. Untuk mengetahui ini, perlu untuk mempelajari ilmu Fiqih. Maka hendaklah engkau belajar ilmu Fiqih sehingga dapat mengetahui apa saja yang dapat membatalkan puasa. Selain itu wajib bagi seorang mukmin yang berpuasa untuk menjaga puasanya daripada hal-hal yang dapat membatalkan makna puasa, seperti menggunjing, mengadu domba, berbohong, melihat sesuatu dengan syahwat, dan bersumpah dusta. Hendaknya engkau menjauhi hal-hal tersebut dan menjaga dirimu daripada perbuatan-perbuatan itu.



Hendaknya pula engkau meraih pahala pada malam bulan Ramadhan dengan menjaga untuk shalat Tarawih, karena sesungguhnya ibadah shalat malam bulan Ramadhan merupakan sunnah muakkadah, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,



من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر



“Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”



Setiap malam bulan Ramadhan adalah penuh dengan keberkahan. Dan yang istimewa keberkahannya dalah malam Lailatul Qodar yang biasanya datang di malam ganjil sepuluh terakhir, dan biasanya terjadi pada malam 27. Hendaklah engkau menjaga ibadah shalat pada malam-malam bulan Ramadhan supaya engkau termasuk orang yang mendapatkan malam Lailatul Qodar. Allah berfirman,



إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ



“Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) di malam Lailatul Qodar. Tahukah engkau apakah malam Lailatul Qodar. Malam Lailatul Qodar adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan” (QS. Al-Qodar: 1-4)



Maksudnya, jika engkau beribadah pada malam Lailatul Qodar, maka engkau tertulis beribadah selama seribu bulan, yaitu 83 tahun 4 bulan. Ini merupakan kesempatan dan pahala yang luar biasa yang bisa didapatkan seorang mukmin dengan keberkahan bulan Ramadhan.



Hendaklah pula pada bulan Ramadhan ini engkau menyambung tali silaturrahmi semampunya dan senantiasa berbakti kepada kedua orangtua. Hendaknya juga selalu berhati-hati daripada sesuatu yang dapat membatalkan puasa sampai selesainya bulan Ramadhan.



Kami bermohon kepada Allah agar memberikan keberkahan kepada kita semua di bulan Rajab dan Sya’ban, serta menyampaikan kita kepada bulan Ramadhan. Semoga Allah membantu kita dalam melaksanakan puasa dan shalat malam. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha berkuasa atas segala sesuatu, dan Yang Maha cepat mengabulkan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala puji Allah Tuhan sekalian alam.



[Disarikan dari http://rubat-tareem.net/?ID=697, dan diterjemahkan oleh Admin Bisyarah]

Bilangan rakaat solat terawih ikut sunnah

Bilangan rakaat solat terawih ikut sunnah


Posted 16 Ogos 2010 by darululumonline in Sembang Hukum. Tinggalkan Komen



i

Rate This









Oleh Ustaz Zahazan Mohamed

Solat Tarawih boleh dibuat lapan atau 20 rakaat bergantung keputusan imam



Soalan:



SAYA ingin bertanya mengenai isu rakaat Tarawih yang sering diperkatakan apabila tibanya Ramadan. Mengikut apa yang saya fahami, bilangan rakaat Tarawih sebanyak 11 rakaat adalah sunnah. Tetapi mengapa imam Masjid Nabawi dan Masjidilharam melakukan 20 rakaat? Kenapa mereka berbeza dengan sunnah? Absyar,



Click Here



Terengganu



Jawapan:



AMAT malang bagi umat Islam sekiranya isu ini mengakibatkan perpecahan, perbalahan dan fitnah di kalangan umat Islam.



Kita tidak sepatutnya bersikap melampau atau jahil. Sesetengah umat Islam bersikap melampau dalam mengikut bilangan yang disebutkan oleh sunnah dan mengatakan tidak boleh melebihi angka itu. Mereka secara agresif mengutuk kumpulan yang melakukan lebih dari bilangan itu dengan mengatakan orang itu berdosa.



Ini satu sikap yang salah. Bagaimana ia boleh jadi berdosa sedangkan Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai solat malam, Baginda berkata ia dilakukan dua rakaat dan Baginda tidak menyebut bilangan tertentu. Oleh itu, Baginda hanya memberitahu cara melakukan solat, tetapi tidak bilangan rakaat.



Apa yang boleh dikatakan dan difahami, sesungguhnya perkara ini luas perbahasannya. Jika mampu, seseorang boleh melakukan 100 rakaat kemudian melakukan solat witir satu rakaat. Berhubung dengan sabda Baginda SAW: "Solatlah kamu sebagai mana kamu melihat aku solat," ini juga tidaklah bermaksud untuk menetapkan bilangan.



Apa yang dimaksudkan di sini ialah mengerjakan solat mengikut cara Baginda mengerjakannya, bukan mengikut bilangan rakaat tertentu. Kecuali jika ada hadis yang secara jelas menyatakan bilangan rakaat itu.



Apabila imam sebuah masjid melakukan lapan rakaat, maka hendaklah kita mengikutinya. Begitu juga sekiranya dilakukan 20 rakaat, maka hendaklah juga kita mengikutinya supaya kita tidak terlepas ganjaran besar yang dijanjikan.



Bukankah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat al-Tirmizi menyebut: "Sesiapa berdiri bersama imam sehingga tamat (selesai solat) ganjaran Qiamulail akan dicatat untuknya."



Ibnu Qudamah menyebut dalam al-Mughni iaitu: "Pandangan yang disenangi oleh Abu Abdullah (Imam Ahmad) ialah 20 rakaat. Ini juga adalah pandangan al-Thauri, Abu Hanifah dan Syafie. Imam Malik berkata, bilangan rakaatnya 36.



Bagi mereka yang mengatakan hanya lapan rakaat, iaitu mereka menjadikan dalil daripada hadis Riwayat Imam Bukhari daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, beliau bertanya Aisyah: "Bagaimana Rasulullah SAWsolat dalam bulan Ramadan?" Aisyah menjawab, "Baginda tidak melakukan solat melebihi sebelas rakaat pada bulan Ramadan dan masa-masa lain. Baginda akan solat empat rakaat dan janganlah bertanya betapa khusyuk dan panjangnya solat-solat itu. Kemudian Baginda mengerjakan empat rakaat dan janganlah bertanya betapa khusyuk dan panjangnya solat-solat itu. Kemudian Baginda akan menunaikan tiga rakaat. Aku bertanya, Ya Rasulullah, adakah engkau tidur sebelum witir? Baginda menjawab, Wahai Aisyah, mataku tidur, tetapi hatiku tidak."



Merujuk pandangan empat imam mengenai bilangan rakaat Tarawih, semua berpendapat bilangan lebih daripada 11 rakaat. Alasannya, mereka menganggap hadis itu bukan menentukan bilangan rakaat solat malam. Kalangan ulama pula berpendapat, jika imam mengerjakan solat panjang denganbilanganrakaat sedikit, mungkin mendatangkan perasaan tidak suka terhadap amalan itu. Jadi, kalangan imam hendak menjadikan solat lebih pendek dan bilangan rakaatnya bertambah.



Imam Suyuti mengatakan tidak ada dalil menunjukkan solat Tarawih 20 rakaat. Baginda mengerjakan tanpa menetapkan bilangan khusus.



Justeru, janganlah terkejut jika ada yang melakukan solat Tarawih sehingga 20 rakaat. Kalangan ulama dari generasi ke generasi sudah melakukannya dan semua pendapat ini adalah baik.



Wallahua'lam. http://pondokhabib.wordpress.com/2010/08/16/bilangan-rakaat-solat-terawih-ikut-sunnah/

Bilangan rakaat solat terawih ikut sunnah

Bilangan rakaat solat terawih ikut sunnah


Posted 16 Ogos 2010 by darululumonline in Sembang Hukum. Tinggalkan Komen



i

Rate This









Oleh Ustaz Zahazan Mohamed

Solat Tarawih boleh dibuat lapan atau 20 rakaat bergantung keputusan imam



Soalan:



SAYA ingin bertanya mengenai isu rakaat Tarawih yang sering diperkatakan apabila tibanya Ramadan. Mengikut apa yang saya fahami, bilangan rakaat Tarawih sebanyak 11 rakaat adalah sunnah. Tetapi mengapa imam Masjid Nabawi dan Masjidilharam melakukan 20 rakaat? Kenapa mereka berbeza dengan sunnah? Absyar,



Click Here



Terengganu



Jawapan:



AMAT malang bagi umat Islam sekiranya isu ini mengakibatkan perpecahan, perbalahan dan fitnah di kalangan umat Islam.



Kita tidak sepatutnya bersikap melampau atau jahil. Sesetengah umat Islam bersikap melampau dalam mengikut bilangan yang disebutkan oleh sunnah dan mengatakan tidak boleh melebihi angka itu. Mereka secara agresif mengutuk kumpulan yang melakukan lebih dari bilangan itu dengan mengatakan orang itu berdosa.



Ini satu sikap yang salah. Bagaimana ia boleh jadi berdosa sedangkan Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai solat malam, Baginda berkata ia dilakukan dua rakaat dan Baginda tidak menyebut bilangan tertentu. Oleh itu, Baginda hanya memberitahu cara melakukan solat, tetapi tidak bilangan rakaat.



Apa yang boleh dikatakan dan difahami, sesungguhnya perkara ini luas perbahasannya. Jika mampu, seseorang boleh melakukan 100 rakaat kemudian melakukan solat witir satu rakaat. Berhubung dengan sabda Baginda SAW: "Solatlah kamu sebagai mana kamu melihat aku solat," ini juga tidaklah bermaksud untuk menetapkan bilangan.



Apa yang dimaksudkan di sini ialah mengerjakan solat mengikut cara Baginda mengerjakannya, bukan mengikut bilangan rakaat tertentu. Kecuali jika ada hadis yang secara jelas menyatakan bilangan rakaat itu.



Apabila imam sebuah masjid melakukan lapan rakaat, maka hendaklah kita mengikutinya. Begitu juga sekiranya dilakukan 20 rakaat, maka hendaklah juga kita mengikutinya supaya kita tidak terlepas ganjaran besar yang dijanjikan.



Bukankah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis riwayat al-Tirmizi menyebut: "Sesiapa berdiri bersama imam sehingga tamat (selesai solat) ganjaran Qiamulail akan dicatat untuknya."



Ibnu Qudamah menyebut dalam al-Mughni iaitu: "Pandangan yang disenangi oleh Abu Abdullah (Imam Ahmad) ialah 20 rakaat. Ini juga adalah pandangan al-Thauri, Abu Hanifah dan Syafie. Imam Malik berkata, bilangan rakaatnya 36.



Bagi mereka yang mengatakan hanya lapan rakaat, iaitu mereka menjadikan dalil daripada hadis Riwayat Imam Bukhari daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, beliau bertanya Aisyah: "Bagaimana Rasulullah SAWsolat dalam bulan Ramadan?" Aisyah menjawab, "Baginda tidak melakukan solat melebihi sebelas rakaat pada bulan Ramadan dan masa-masa lain. Baginda akan solat empat rakaat dan janganlah bertanya betapa khusyuk dan panjangnya solat-solat itu. Kemudian Baginda mengerjakan empat rakaat dan janganlah bertanya betapa khusyuk dan panjangnya solat-solat itu. Kemudian Baginda akan menunaikan tiga rakaat. Aku bertanya, Ya Rasulullah, adakah engkau tidur sebelum witir? Baginda menjawab, Wahai Aisyah, mataku tidur, tetapi hatiku tidak."



Merujuk pandangan empat imam mengenai bilangan rakaat Tarawih, semua berpendapat bilangan lebih daripada 11 rakaat. Alasannya, mereka menganggap hadis itu bukan menentukan bilangan rakaat solat malam. Kalangan ulama pula berpendapat, jika imam mengerjakan solat panjang denganbilanganrakaat sedikit, mungkin mendatangkan perasaan tidak suka terhadap amalan itu. Jadi, kalangan imam hendak menjadikan solat lebih pendek dan bilangan rakaatnya bertambah.



Imam Suyuti mengatakan tidak ada dalil menunjukkan solat Tarawih 20 rakaat. Baginda mengerjakan tanpa menetapkan bilangan khusus.



Justeru, janganlah terkejut jika ada yang melakukan solat Tarawih sehingga 20 rakaat. Kalangan ulama dari generasi ke generasi sudah melakukannya dan semua pendapat ini adalah baik.



Wallahua'lam. http://pondokhabib.wordpress.com/2010/08/16/bilangan-rakaat-solat-terawih-ikut-sunnah/

Puasa Sufi Imam Al-Ghazaly

Puasa Sufi Imam Al-Ghazaly


Saturday, 22 August 2009 18:16



Article Index

Puasa Sufi Imam Al-Ghazaly

Halaman 2

All Pages



Page 1 of 2

Sesungguhnya ada tiga tingkatan puasa: biasa, khusus dan sangat khusus.

Puasa biasa, maksudnya adalah menahan diri terhadap makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu.

Puasa khusus, maksudnya adalah menjaga telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari berbuat dosa.



Sedang puasa yang sangat khusus, maksudnya adalah puasa hati dengan mencegahnya dari memikirkan perkara perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanyalah mengingat Allah swt. dan akhirat. Jenis puasa demikian dianggap batal bila sampai mengingat perkara perkara duniawi selain Allah dan tidak untuk akhirat. Puasa yang dilakukan dengan mengingat perkara perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong ke arah pemahaman agama, karena ini merupakan tanda ingat pada akhirat, dan tidak termasuk pada yang bersifat duniawi.



Mereka yang masuk ke dalam tingkatan puasa sangat khusus akan merasa berdosa bila hari-harinya hanya terisi dengan hal hal yang dapat membatalkan puasa. Rasa berdosa ini bermula dari rasa takyakin terhadap karunia sertajanji Allah swt. untuk mencukupkan (dengan) rezeki Nya.

Untuk tingkatan ketiga ini adalah milik atau hanya dapat dicapai oleh para Rasul, para wali Allah dan mereka yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Nya. Tidaklah cukup dilukiskan dengan kata-kata, karena hal tersebut telah menjadi nyata dalam tindakan (aksi). Tujuan mereka hanyalah semata mata mengabdi (berdedikasi) kepada Allah swt, mengabaikan segala sesuatu selain Dia. Terkait dengan makna firman Allah swt, “Katakanlah, Allah! Kemudian biarkanlah mereka bermain main dalam kesesatannya.” (Q s. 6: 91).



Syarat-syarat Batin

Puasa khusus adalah jenis ibadah yang diamalkan sebagaimana oleh orang orang saleh. Puasa ini bermakna menjaga seluruh organ tubuh manusia agar tidak melakukan dosa dan harus pula memenuhi keenam syaratnya:



1. Tidak Melihat Apa yang Dibenci Allah Swt.

Suatu hal yang suci, menahan diri dari melihat sesuatu yang dicela (makruh), atau yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah swt. Nabi Muhammad saw. bersabda, “pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun milik setan, yang telah dikutuk Allah. Barangsiapa menjaga pandangannya, semata mata karena takut kepada Nya, niscaya Allah swt. akan memberinya keimanan, sebagaimana rasa manis yang diperolehnya dari dalam hati. ” (H.r. al Hakim, hadis shahih). Jabir meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa seseorang: berdusta, mengurnpat, menyebar isu (fitnah), bersumpah palsu dan memandang dengan penuh nafsu.”



2. Menjaga Ucapan

Menjaga lidah (lisan) dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata keji dan kasar, melontarkan kata kata permusuhan (pertentangan dan kontroversi); dengan lebih banyak berdiam diri, memperbanyak dzikir dan membaca [mengkaji] al-Qur’an. Inilah puasa lisan. Said Sufyan berkata, “Sesungguhnya mengumpat akan merusak puasa! Laits mengutip Mujahid yang berkata, ‘Ada dua hal yang merusak puasa, yaitu mengumpat dan berbohong.”

Rasulullah saw. bersabda, “Puasa adalah perisai. Maka barangsiapa di antaramu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan jahil, jika ada orang yang menyerang atau memakimu, katakanlah, Aku sedang berpuasa! Aku sedang berpuasa’!” (H.r. Bukhari Muslim).



3. Menjaga Pendengaran

Menjaga pendengaran dari segala sesuatu yang tercela; karena setiap sesuatu yang dilarang untuk diucapkan juga dilarang untuk didengarkan. Itulah mengapa Allah swt. tidak membedakan antara orang yang suka mendengar (yang haram) dengan mereka yang suka memakan (yang haram). Dalam al Qur’an Allah swt. berfirman, “Mereka gemar mendengar kebohongan dan memakan yang tiada halal.” (Q.s. 5: 42).

Demikian juga dalam ayat lain, Allah swt. berfirman, “Mengapa para rabbi dan pendeta di kalangan mereka tidak melarang mereka dari berucap dosa dan memakan barang terlarang?” (Q.s. 5: 63).



Oleh karena itu, sebaiknya berdiam diri dan menjauhi pengumpat. Allah swt. berfirman dalam wahyu Nya, ‘Jika engkau (tetap duduk bersama mereka), sungguh, engkaupun seperti mereka …” (Q.s. 4: 140). Itulah mengapa Rasulullah saw. mengatakan, “Yang mengumpat dan pendengarnya, berserikat dalam dosa.” (H.r. at Tirmidzi).



4. Menjaga Sikap Perilaku

Menjaga semua anggota badan lainnya dari dosa: kaki dan tangan dijauhkan dari perbuatan yang makruh, dan menjaga perut dari makanan yang diragukan kehalalannya (syubhat) ketika berbuka puasa. Puasa tidak punya arti apa apa bila dilakukan dengan menahan diri dari memakan yang halal dan hanya berbuka dengan makanan haram. Barangsiapa berpuasa seperti demikian, bagaikan orang membangun istana, tetapi merobohkan kota. Makanan yang halal juga akan menimbulkan kemudharatan, bukan karena mutunya tetapi karena jumlahnya. Maka puasa dimaksudkan untuk mengatasi hal tersebut. Karena didera kekhawatiran, atau karena sakit yang berkepanjangan, seseorang dapat memakan obat secara berlebihan.

Tetapi jelas tidak masuk akal jika kemudian ada yang menukar obat dengan racun. Makanan haram adalah racun berbahaya bagi kehidupan beragama; sedang makanan halal ibarat obat, yang akan memberikan kemanfaatan apabila dimakan dalam jumlah cukup, tidak demikian halnya dalam jumlah berlebihan. Memang, tujuan puasa adalah mendorong lahirnya sikap pertengahan.



Bersabda Rasulullah saw, “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja!” (H.r. an Nasa’i, Ibnu Majah). Ini ada yang mengartikan pada orang yang berpuasa namun berbuka dengan makanan haram. Tetapi ada pula yang menafsirkan dengan orang yang berpuasa, yang menahan diri dari makanan halal tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, dikarenakan mereka telah merusak puasanya dengan mengumpat orang lain. Lainnya lagi menafsirkan bahwa mereka ini berpuasa tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari berbuat dosa



http://pondokhabib.wordpress.com/2010/08/16/puasa-sufi-imam-al-ghazaly/

Tasawwuff Ramadhan dan Kemuliaan Cubaan

Tasawwuff Ramadhan dan Kemuliaan Cubaan






بسم الله الرحمن الرحيم



الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن نصره ووالاه























Tasawwuff Ramadhan dan Kemuliaan Cubaan















“Barang siapa yang tidak mendekatkan diri kepada Allah dengan halusnya kebaikan yang Dia berikan maka dia akan diikat dengan rantai cubaan”



Manusia ada dua jenis, iaitu manusia yang mengetahui (makrifat) kepada ALLAH kerana diberi احسان (nikmat-nikmat) dan manusia yang makrifat kepada ALLAH kerana diberi cubaan. Kedua jenis manusia ini, semua adalah atas kehendak ALLAH Subhanahu Wa Taala. ALLAH Subhanahu Wa Taala adalah dzat yang maha bijaksana sehingga akan memberi nikmat atau cubaan atas kehendak-Nya sendiri.



Mempercayai kewujudan Malaikat. Ia hanya menekankan keperluan semua pekerja dan muslim untuk merasa menyakini bahawa ada Malaikat yang mencatat semua perbuatan kita luar dan dalam.



مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ







Ertinya : Tiada satu lafaz pun yang engkau sebutkan, kecuali ada baginya malaikat Raqib dan Atid yang mencatat [Qaf : 18]



يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ







“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”(Surah Al-Qaf 2:269)



Semua makhluk diberi kebaikan baik muslim ataupun kafir, orang baik ataupun orang jahat. Sebagaimana firman ALLAH :



مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19) كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا







18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.







19. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.







20. Kepada masing-masing golongan baik golongan Ini maupun golongan itu[849] kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.







[849] yang dimaksud baik golongan Ini maupun golongan itu ialah mereka yang tersebut dalam ayat 18 dan 19 di atas.



[Surah Al-Isra' : 18-20]



Semua manusia memang diberi kenikmatan oleh ALLAH, namun ada yang diberi secara banyak dan ada yang sedikit. Ada yang diangkat dan ada yang direndahkan. Ini semua adalah untuk memberi ujian kepada manusia. Bagi yang diangkat ada yang berasa bersyukur serta memanjatkan kesyukuraan dengan bersikap qanaah dengan pemberiaan ALLAH SWT. Namun, ada juga bagi yang diangkat dengan darjat, masih merasa tidak mencukupi dan berasa sepi.



Manakala bagi yang merasa dirinya rendah atau direndahkan pangkatnya, tidak kurang yang memanjangkan kegembiraannya dengan tetap memberi sumbangan sedekah kepada yang memerlukan. Tidak kurang pula yang berasa rendah pangkat ini menghela nafas kecewa kenapa dia yang dijauhkan dari kenikmatan berpangkat.



Jadi, dunia saya dan tuan-tuan pijakkan kaki ini adalah cubaan bagi manusia. Orang yang diberi pangkat apakah masih ingat dengan bawahannya dan apakah orang yang menjadi bawahan mahu berterima kasih kepada atasannya. Inilah yang telah dijelaskan oleh ALLAH dalam surah Al-An’am : 165



وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (165)







“Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-An’am : 165]



Nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH SUbhanahu Wa Taala kepada manusia memang berbeda-beda. Ada yang sangat disukai manusia dan ada yang kurang digemari sehingga ke tahap benci. Oleh karena itu setelah kita tahu bahawa semua yang diberi nikmat dengan kesukaan oleh ALLAH maka kita harus bersyukur. Sebagaimana firman ALLAH :



هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ (60)







Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).



[Surah Ar-Rahman : 60]



Lalu apakah kita memberi manfaat kepada ALLAH SUbhanahu Wa Taala sehingga ALLAH SUbhanahu Wa Taala memberi kebagusan, kenikmatan, kemewahan, ketenangan kepada kita? Tentu sahaja tidak, ALLAH SUbhanahu Wa Taala memberi nikmat tanpa menunggu adanya manfaat dari kita. Hal ini sangat berbeza dengan watak manusia. Manusia hanya akan senang kepada orang yang berbuat baik kepada mereka. Setuju ?



Orang yang mahu bersyukur kepada ALLAH Subhanahu Wa Taala pasti akan diberi tambahan oleh ALLAH Subhanahu Wa Taala. Jadi احسان ALLAH diberi kepadanya adalah dua kali, pertama ALLAH memberi nikmat dan yang kedua ALLAH memberi tambahan jika manusia mahu bersyukur.



Ada orang yang tidak mahu bersyukur maka dia adalah orang yang sombong. Dia diberi mata, kaki, tangan, tapi tidak mahu bersyukur, paling hina dia sanggup menggunakan anggota yang dipinjamkannya oleh ALLAH Subhanahu Wa Taala untuk dia melakukan maksiat. Orang ini adalah orang yang telah kalah dalam menghadapi nafsunya. Orang yang telah sombong maka situasi yang tidak disedarinya bahawa dia dalam keadaan berbahaya kerana ALLAH Subhanahu Wa Taala tidak akan mengampuninya. Dalam surah Al-An’am ayat 44, ALLAH Subhanahu Wa Taala telah berfirman :



فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (44)







44. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami seksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”



[Surah : Al-An’am : 44]







Mari kita merenung nasib Amerika Syarikat, sebuah negara yang kaya dengan majoriti penduduknya orang-orang kafir dan orang Islam hidup dalam kesengsaraan [Sila kaitkan dengan Negara Kita]. Ini tidak lain kerana ALLAH Subhanahu Wa Taala memberi cubaan kepada mereka. Mereka tidak ditumpaskan oleh ALLAH Subhanahu Wa Taala melalui bala tentera NYA, malah diberi pula dengan semua kenikmatan di dunia ini. Nah, gejala seks bebas itu nikmatkah? Lahir anak tiada berbapa dan beribu dikira kayu ukur ketamadunan? Atau bagaimana perlumbaan senjata mengakibatkan bencana di seluruh dunia? Bukankah di mana ada Amerika atau simbol-simboI terkenalnya seperti Mc Donalds, Coca Cola dan sebagainya, bumi tersebut akan dicemari penyakit al-wahan? nilah yang telah diisyaratkan oleh ALLAH Subhanahu Wa Taala dalam surah Al-An’am ayat 44 di atas. Yang difikirkan oleh Amerika hanyalah kemajuan dan keuntungan, dan ia dilihat oleh manusia dunia umumnya dengan mata kasar sebagai kayu ukur kemajuan peradaban insan. Tetapi tidak kepada manusia yang memandang dunia tidak lebih sebagai sebuah persinggahan.



Manusia tidak ingat kepada ALLAH kerana selalu hidup dengan kenikmatan, kemudahan dan kesenangan. Untuk itu ALLAH Subhanahu Wa Taala memberi cubaan agar manusia ingat kembali kepada-Nya. Nikmat itu ada dua, iaitu nikmat dhahir dan nikmat batin. Kedua nikmat tersebut adalah cubaan dari ALLAH Subhanahu Wa Taala. Kaya atau miskin, semuanya adalah cubaan. Ini semua dilakukan untuk melihat seberapa teguh keimanan seseorang kepada ALLAH Subhanahu Wa Taala. Dalam surah [Al-Anbiya' : 35] telah dijelaskan:



كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35)







35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.



Manusia diberi harta, kesihatan, dan nikmat, kesemuanya berupa cubaan. Jadi kita harus selalu bersyukur kepada ALLAH Subhanahu Wa Taala. Ketika ini ramai orang yang tidak mahu bersyukur. Dan orang yang tidak mahu bersyukur akan mendapat cubaan berat daripada ALLAH Subhanahu Wa Taala berupa harta melimpah ruah, hati yang gundah semua ini diturunkan kepada si kaya dan si miskin yang hatinya jauh dari muraqabatullah. Inilah yang diisyarahkan oleh Ibnu Athaillah قيد إليه بسلاسل الامتحان.











“وصلى اللّه على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم”



Wallahu’alam



Melalui bimbingan ALLAH SWT Yang Maha Mulia :



Al-Faqir ila ALLAH Al-Qawwiy : Almukminun


http://pondokhabib.wordpress.com/2010/08/16/tasawwuff-ramadhan-dan-kemuliaan-cubaan/